“PENGARUH
PEMANFAATAN MULTI MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS TIK TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA
PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA 1 BEKASI”
BAB
I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pelajaran bahasa Indonesia pada
umumnya tidak dianggap oleh siswa sebagai pelajaran yang sulit. Para siswa
tidak pernah mengkategorikan sebagai momok seperti halnya pelajaran Matematika,
Fisika dan lain lain. Tetapi pada kenyataannya nilai hasil belajar siswa pada
mata pelajaran bahasa Indonesia tidak lebih baik dari pelajaran yang dianggap
sulit. Permasalahan ini muncul bukan hanya karena kemampuan dan motivasi
belajar siswa yang kurang, tetapi juga karena faktor lingkungan belajar yang
kurang mendukung. Dalam hal kreativitas guru bahasa Indonesia dalam mengelola
pembelajaran mempunyai pengaruh yang besar dalam meningkatkan hasil belajar
siswa. Berdasarkan permasalahan-permasalahan diatas, guru sebagai pengelola
pembelajaran harus mengemas pembelajaran yang efektif dan bermakna bagi siswa.
Pembelajaran akan memiliki makna, jika pembelajaran yang dikemas guru dapat
dinikmati oleh siswa dan dapat memotivasi siswa. Setya Yuwana Sudikan (2004: 2)
menegaskan, mengajar adalah menata lingkungan agar pembelajar termotivasi dalam
menggali makna serta menghargai ketidak seragaman.
Pada saat ini di sekolah telah
mulai diperkenalkan pemanfatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Dalam
proses pembelajaran setidaknya TIK menempati tiga peranan, yakni sebagai konten
pembelajaran (standar kompetensi), sebagai media pembelajaran dan sebagai alat
belajar. Sejumlah penelitian membuktikan bahwa penggunaan multimedia dalam pembelajaran
menunjang efektifitas dan efisiensi proses pembelajaran. Penelitian tersebut
antara lain dilakukan oleh Francis M. Drawer. Hasil penelitian ini antar lain
menyebutkan bahwa setelah lebih dari tiga hari pada umumnya manusia dapat
mengingat pesan yang disampaikan melalui tulisan sebesar 10%, pesan audio 10%,
visual 30%, audio visual 50%, dan apabila ditambah dengan melakukan, maka akan
mencapai 80%. Berdasarkan hasil penelitian ini maka multi media pembelajaran
berbasis TIK dapat dikatakan sebagai media yang mempunyai potensi yang sangat
besar dalam membantu proses pembelajaran. Multi media telah mengalami
perkembangan konsep sejalan dengan perkembangan teknologi pembelajaran. Ketika
teknologi komputer belum dikenal, konsep multi multimedia sudah dikenal yakni
dengan mengintegrasikan berbagai unsur media, seperti: cetak, kaset, audio,
video, dan slide suara. Unsur-unsur tersebut dikemas dan dikombinasikan untuk
menyampaikan suatu topik materi pelajran tertentu. Pada konsep ini,
setiap unsur media dianggap mempunyai kekuatan dan kelemahan.Kekuatan salah
satu unsur media dimanfaatkan untuk mengatasi kelemahan media
lainnya.Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang sangat pesat
telah membawa perubahan besar pada segala bidang, termasuk bidang
pendidikan.Bila dimanfaatkan dengan tepat, maka TIK dapat meningkatkan mutu
pendidikan.Tulisan ini merupakan salah satu upaya untuk mendorong para warga
sekolah dalam mengembangkan dan memanfaatkan TIK, khususnya multi media
pembelajaran. Pada hakikatnya tujuan dasar perlunya multi media pembelajaran
adalah untuk meningkatkan efektifitas dan efesiensi proses pembelajaran.
Indikator yang harus dipenuhi, yakni mencakup aspek desain pembelajaran, aspek
rekayasa perangkat lunak, dan aspek komunikasi visual.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah
di atas, masalah-masalah dalam penelitian ini dapat diidentifikasi
sebagai berikut:
1. Perlunya
pengembangan kreativitas guru bahasa Indonesia dalam mengelola pembelajaran
untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Banyak
metode yang dapat digunakan guru bahasa Indonesia dalam meningkatkan kualitas
pembelajaran.
3. Perlunya
terus-menerus pengayaan wawasan pengetahuan siswa, sebab pengetahuan yang luas
merupakan ”modal” dalam meningkatkan hasil belajar.
4. Pemanfaatan
multi media pembelajaran berbasis TIK merupakan salah satu cara untuk
menciptakan lingkungan pembelajaran yang menarik.
5. Pemanfaatan
multi media pembelajaran berbasis TIK merupakan salah satu cara untuk
meningkatkan motivasi belajar siswa.
6. Pemanfaatan
multi media pembelajaran berbasis TIK merupakan salah satu cara untuk
meningkatkan hasil belajar siswa.
C. Pembatasan Masalah
Mengingat masalah yang tercakup
dalam penelitian ini sangat luas maka penulis membatasinya sebagai berikut:
1. Objek
penelitan ini adalah bagaimana pengaruh pemanfaatan multi media pembelajaran
berbasis TIK terhadap motivasi belajar siswa.
2. Objek
penelitan ini adalah bagaimana pengaruh pemanfaatan multi media pembelajaran
berbasis TIK terhadap hasil belajar siswa.
3. Materi
pembelajaran bahasa Indonesia yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pada
pembelajaran menulis narasi.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah,
identifikasi masalah, dan pembatasan masalah tersebut di atas
maka dapat ditentukan rumusan masalah penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimana
pengaruh pemanfaatan multi media pembelajaran berbasis TIK terhadap motivasi
belajar menulis narasi bagi siswa kelas X(10).
2. Bagaimana
pengaruh pemanfaatan multi media pembelajaran berbasis TIK terhadap hasil
belajar menulis narasi bagi siswa kelas X(10).
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah
tersebut maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui
pengaruh pemanfaatan multi media pembelajaran berbasis TIK terhadap motivasi
belajar menulis narasi bagi siswa kelas X(10).
2. Mengetahui
pengaruh pemanfaatan multi media pembelajaran berbasis TIK terhadap hasil
belajar menulis narasi bagi siswa kelas X(10).
F. Kegunaan Penelitian
Penulisan proposal penelitian
dengan judul ”Pengaruh Pemanfaatan Multi Media Pembelajaran Berbasis TIK
Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Pelajaran Bahasa Indonesia Di SMA 1 Bekasi
Tahun Pelajaran 2009/2010” ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut:
1. Menumbuhkan
minat dan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran sehingga meningkatkan
hasil belajar yang diharapkan.
2. Untuk
meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa.
3. Mengenalkan
kepada para guru dalam memanfaatkan Multi Media Pembelajaran Berbasis TIK untuk
menumbuhkan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran menulis narasi.
4. Memberikan
sumbang saran dalam memecahkan persoalan pembelajaran, khususnya upaya
menumbuhkan kemampuan berpikir secara logis.
5. Mendorong
terlaksananya proses pembelajaran aktif, kreatif, inovatif, dan menyenangkan
yang dapat mendukung tercapainya tujuan kegiatan pembelajaran.
6. Guru
dapat berkembang secara profesional karena dapat menunjukkan bahwa ia
mampu memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya, khususnya pada pelajaran
menulis narasi.
7. Guru
mendapat kesempatan untuk berperan aktif mengembangkan pengetahuan dan
ketrampilan.
8. Membantu
sekolah untuk berkembang karena adanya peningkatan /kemajuan pada diri guru dan
pendidikan di sekolah tersebut.
BAB
II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
A. Landasan Teori
1. Multi
Media Pembelajaran
Multi media adalah media yang menggabungkan
dua unsur atau lebih media yang terdiri atas teks, grafis, gambar, foto, audio,
video, dan animasi secara terintegrasi.Multi media terbagi menjadi dua
kategori, yaitu, multi media linier dan multi media interaktif.Multi media
linier adalah suatu multi media yang tidak dilengkapi dengan alat pengontrol
apapun yang dapat dioperasikan oleh pengguna.Multi media ini berjalan
sekuensial (berurutan), contohnya, TV dan film. Multi media interaktif adalah
suatu multi media yang dilengkapi dengan alat pengontrol yang dapat
dioperasikan oleh pengguna, sehingga pengguna dapat memilih apa yang
dikehendaki untuk proses selanjutnya. Contoh multi media interaktif adalah
multi media pembelajaran interaktif, aplikasi game, dan lain-lain.Adapun
penjelasan makna dari kata media menurut para ahli adalah sebagai berikut:
a. Menurut
Gagne, media adalah berbagai jenis komponen pada lingkungan siswa yang dapat
merangsang siswa belajar.
b. Pendapat
Briggs, media adalah segala alat fisik yang menyajikan pesan serta dapat merangsang
siswa untuk belajar. Pembelajaran adalah suatu upaya bimbingan bagi siswa agar
secara sadar siswa mempunyai keinginan untuk belajar sebaik-baiknya sesuai
dengan tahapan kemampuannya. Jadi pengertian dari Media Pembelajaran adalah
segala sesuatu yang berhubungan dengan siswa yang digunakan sebagai alat bantu
untuk menyampaikan pesan dalam proses belajar sehingga siswa teransang minat
dan perhatiannya untuk belajar. Pada proses pembelajaran, media pembelajaran
berguna untuk memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu verbal yang hanya
dengan kata-kata tertulis dan penjelasan lisan, mengatasi keterbatasan ruang
dan waktu serta daya indera, membuat siswa lebih aktif dan mengurangi sifat
pasifnya, mengakomodir perbedaan individu siswa, dan membuat pembelajaran
menjadi menarik dan menyenangkan.
Peranan Media pembelajaran menurut
Gerlac dan Ely (1971: 285) ditegaskan bahwa ada tiga keistemewaan yang dimiliki
media pembelajaran yaitu:
1. Media
memiliki kemampuan untuk menangkap, menyimpan dan menampilkan kembali suatu
objek atau kejadian
2. Media
memiliki kemampuan untuk menampilkan kembali objek atau kejadian dengan
berbagai macam cara disesuaikan dengan keperluan, dan
3. Media
mempunyai kemampuan untuk menampilkan sesuatu objek atau kejadian yang
mengandung makna.
2. Manfaat
Multi Media Pembelajaran
Multi media pembelajaran akan
memberikan manfaat yang sangat besar bagi para guru dan siswa, apabila multi
media pembelajaran dipilih, dikembangkan, dan digunakan secara tepat dan baik.
Secara umum manfaat yang bisa di peroleh adalah proses pembelajaran lebih
menarik, lebih interaktif, jumlah waktu mengajar dapat dikurangi, kualitas
belajar sisiwa dapat ditingkatkan, serta sikap belajar siswa dapat
ditingkatkan.
Manfaat tersebut di atas dapat
diperoleh mengingat terdapat keunggulan dari sebuah multi media pembelajaran,
yaitu:
1. Memperbesar
benda yang sangat kecil dan tidak tampak oleh mata, seperti kuman, bakteri,
elektron, dan lain-lain.
2. Memperkecil
benda yang besar, yang tidak mungkin didatangkan ke sekolah.
3. Menyajikan
benda atau peristiwa yang kompleks, rumit, dan berlangsung cepat atau lambat.
4. Menyajikan
peristiwa yang tidak mungkin dilaksakan karena akan memakan biaya yang besar.
5. Menyajikan
benda atau peristiwa yang jauh.
6. Menyajikan
benda atau peristiwa yang berbahaya.
7. Meningkatkan
daya tarik dan perhatian siswa. Dan masih banyak lagi.
3. Proses
Kreatif dalam Menulis
Menulis merupakan suatu proses
kreatif yang banyak melibatkan cara berpikir divergen (menyebar) daripada
konvergen (memusat) (Supriadi, 1997: 26). Menulis tidak ubahnya dengan
melukis.Penulis memiliki banyak gagasan dalam menuliskannya. Kendatipun secara
teknis ada kriteria-kriteria yang dapat diikutinya, tetapi wujud yang akan
dihasilkan itu sangat bergantung pada kepiawaian penulis dalam mengungkapkan
gagasan. Banyak orang mempunyai ide-ide bagus di benaknya sebagai hasil dari
pengamatan, penelitian, diskusi, atau membaca.Akan tetapi, begitu ide tersebut
dilaporkan secara tertulis, laporan itu terasa amat kering, kurang menggigit,
dan membosankan. Fokus tulisannya tidak jelas, gaya bahasa yang digunakan
monoton, pilihan katanya (diksi) kurang tepat dan tidak mengena sasaran, serta
variasi kata dan kalimatnya kering.Sebagai proses kreatif yang berlangsung
secara kognitif, penyusunan sebuah tulisan memuat empat tahap, yaitu:
1) Tahap
persiapan (prapenulisan),
2) Tahap
inkubasi,
3) Tahap
iluminasi, dan
4) Tahap
verifikasi/evaluasi.
Keempat
proses ini tidak selalu disadari oleh para pembelajar bahasa Indonesia sebagai
bahasa asing. Jika dilacak lebih jauh lagi, hampir semua proses menulis (esai,
opini/artikel, karya ilmiah, artistik, atau bahkan masalah politik sekali pun)
melalui keempat tahap ini. Harap diingat, bahwa proses kreatif tidak identik
dengan proses atau langkah-langkah mengembangkan laporan tetapi lebih banyak
merupakan proses kognitif atau bernalar. Pertama, tahap persiapan atau
prapenulisan adalah ketika pembelajar menyiapkan diri, mengumpulkan informasi,
merumuskan masalah, menentukan fokus, mengolah informasi, menarik tafsiran dan
inferensi terhadap realitas yang dihadapinya, berdiskusi, membaca, mengamati,
dan sebagainya yang memperkaya masukan kognitif yang akan diproses selanjutnya.
Kedua, tahap inkubasi adalah ketika pembelajar memproses informasi yang
dimilikinya sedemikian rupa sehingga mengantarkannya pada ditemukannya
pemecahan masalah atau jalan keluar yang dicarinya. Proses inkubasi ini analog
dengan ayam yang mengerami telurnya sampai telur menetas menjadi anak ayam.
Proses ini seringkali terjadi secara tidak disadari, dan memang berlangsung
dalam kawasan bawah sadar (subconscious) yang pada dasarnya melibatkan proses
perluasan pikiran (expanding of the mind). Proses ini dapat berlangsung
beberapa detik sampai bertahun-tahun. Biasanya, ketika seorang penulis melalui
proses ini seakan-akan ia mengalami kebingungan dan tidak tahu apa yang harus
dilakukan. Oleh karena itu, tidak jarang seorang penulis yang tidak sabar
mengalami frustrasi karena tidak menemukan pemecahan atas masalah yang
dipikirkannya. Seakan-akan melupakan apa yang ada dalam benak kita. Berekreasi
dengan anggota keluarga, melakukan pekerjaan lain, atau hanya duduk termenung.
Kendatipun demikian, sesungguhnya di bawah sadar sedang mengalami proses
pengeraman yang menanti saatnya untuk segera “menetas”. Ketiga, tahap iluminasi
adalah ketika datangnya inspirasi atau insight, yaitu gagasan datang seakan-akan
tiba-tiba dan berloncatan dari pikiran. Pada saat ini, apa yang telah lama
dipikirkan menemukan pemecahan masalah atau jalan keluar. Iluminasi tidak
mengenal tempat atau waktu.Ia bisa datang ketika duduk di kursi, sedang
mengendarai mobil, sedang berbelanja di pasar atau di supermarket, sedang
makan, sedang mandi, dan sebagainya. Jika hal-hal itu terjadi, sebaiknya
gagasan yang muncul dan amat dinantikan itu segera dicatat, jangan dibiarkan
hilang kembali sebab momentum itu biasanya tidak berlangsung lama.Tentu saja
untuk peristiwa tertentu, menuliskannya setelah selesai melakukan
pekerjaan.Seringkali orang menganggap iluminasi ini sebagai ilham. Padahal,
sesungguhnya ia telah lama atau pernah memikirkannya. Secara kognitif, apa yang
dikatakan ilham tidak lebih dari proses berpikir kreatif. Ilham tidak datang
dari kevakuman tetapi dari usaha dan ada masukan sebelumnya terhadap referensi
kognitif seseorang. Keempat, tahap terakhir, yaitu verifikasi, apa yang
dituliskan sebagai hasil dari tahap iluminasi itu diperiksa kembali, diseleksi,
dan disusun sesuai dengan fokus tulisan. Mungkin ada bagian yang tidak perlu
dituliskan, atau ada hal-hal yang perlu ditambahkan, dan lain-lain.Mungkin juga
ada bagian yang mengandung hal-hal yang peka, sehingga perlu dipilih kata-kata
atau kalimat yang lebih sesuai, tanpa menghilangkan esensinya. Jadi, pada tahap
ini menguji dan menghadapkan apa yang ditulis itu dengan realitas sosial,
budaya, dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.
4. Pembelajaran
Menulis dengan Baik
Di
dalam pembelajaran menulis siswa tidak dapat dibawa langsung pada kegiatan
inti.Pengetahuan tentang ciri-ciri tulisan yang baik perlu ditanamkan pada
siswa terlebih dalam dahulu.Sebuah tulisan selalu terdiri atas dua unsur
penting, yaitu bentuk dan isi.Bentuk berkenaan dengan bahasa, sedangkan isi
berkaitan dengan materi yang dikandung dalam tulisan, apapun jenis
tulisannya.Ditinjau dari dua aspek tersebut, Nursisto (2000: 47) mengemukakan
beberapa ciri tulisan yang baik, sebagaimana diuraikan di bawah ini.
a. Berisi hal-hal yang bermanfaat.
Tulisan yang bisa
memenuhi kebutuhan pembaca akan mendapat penghargaan masyarakat. Sangat mungkin
tulisan itu tidak begitu mendalam, tetapi memberikan manfaat langsung bagi
pembaca.
b. Pengungkapan
jelas
Pengungkapan
yang jelas dapat ditandai dengan mudahnya sebuah tulisan dicerna oleh pembaca.
Dengan pengungkapan yang semakin jelas, sebuah tulisan akan semakin mudah untuk
diikuti. Faktor pendukung utamanya adalah pilihan kata (diksi), ketepatan
struktur kalimat, akuratnya pilihan kata-kata penghubung, pengorganisasian ide
yang padu, kesesuaian menentukan contoh-contoh, ilustrasi, dan masih banyak
lagi. Pengungkapan yang jelas tidak akan membingungkan pembaca karena
permasalahan yang dibicarakan dalam karangan dapat dipahami oleh pembaca secara
tepat dan benar.
c.
Penciptaan kesatuan dan pengorganisasian
Tulisan
yang mampu menciptakan kesatuan dan sekaligus terorganisasi dengan baik
ditandai oleh mudahnya pembaca memahami tulisan.Sebaiknya tulisan langsung
menjelaskan inti permasalahan dan tidak berbelit-belit. Perpindahan pembahasan
dari satu masalah ke masalah yang lain berlangsung secara mulus tanpa
menimbulkan kesenjangan. Tiap kalimat dapat mendukung ide utama paragraf.Setiap
kali ditambahkan kalimat baru, kalimat tersebut masih berdaya dukung terhadap
kalimat sebelumnya.
d.
Efektif dan efisien
Yang
dimaksud dengan efektif dan efisien adalah pengungkapan suatu maksud dengan
mengutamakan efesiensi dan efektifitas, yaitu dalam menggunakan kalimat dan
kata-kata yang ringkas, namun dapat menjangkau makna yang luas.
e.
Ketepatan penggunaan bahasa
Tulisan
yang baik juga ditentukan oleh penggunaan bahasa. Penggunaan bahasa yang baik
dan benar akan meningkatkan bobot tulisan. Hal yang tercakup di dalamnya adalah
kesanggupan penulis untuk memnuhi berbagai kaidah berbahasa Indonesia secara
tepat.Pembentukan kata, penyusunan kelompok kata, penyusunan kalimat, serta
penguasaan ejaan dan tanda baca harus memadai.
f.
Terdapat variasi kalimat
Variasi
yang berkaitan dengan penggunaan bahasa dalam tulisan adalah penyusunan kalimat
panjang dan pendek secara berselang-seling. Untuk menghindari penggunaan
kata-kata yang sama secara berulang-ulang dengan cara mencari sinonimnya, atau
menampilkan kalimat bermajas adalah cara-cara membuat variasi kalimat.
Ditampilkannya kalimat retoris dapat mengundang perhatian pembaca.Ungkapan,
pepatah, dan peribahasa yang ditampilkan secara tepat juga dapat menghilangkan
kejenuhan.Demikian pula bila sesekali ditampilkan kata-kata bersajak dalam
komposisi yang tepat dan tidak dipaksakan.Harmoni atau nuansa serasi adalah
suatu hal yang di senangi oleh setiap orang.
g.
Vitalitas
Tulisan
yang baik biasanya penuh tenaga dan karya dengan potensi.Kandungan kekuatan
dalam tulisan itu menjadikan pembaca merasa bahwa si penulis hadir di dalam
tulisannya.Pembaca merasa seakan-akan penulis ada di dekatnya sehingga terjadi
kontak dan timbul jalinan yang akrab antara pembaca dengan penulis.
h.
Cermat
Tulisan
dikatakan baik, tidak terlepas dari kecermatan.Hal-hal kecil, seperti titik dan
koma tidak boleh dianggap remeh dan diabaikan.Kecermatan juga sangat diperlukan
ketika memilih kata maupun menyusun kalimat. Dengan kecermatan itu, tulisan
yang di susun akan semakin baik dan terhindar dari kekurangan.
i.
Objektif
Menulis
adalah mengungkapkan sesuatu secara jujur, tidak terdapat muatan emosi, dan
realistis.Pengungkapan harus runtut dan teratur.Selain itu, uraian harus
mencerminkan bahwa penulis benar-benar menguasai dan menghayati permasalahan
yang diuraikannya.
5.
Hasil Belajar Siswa
Hasil
belajar seorang siswa ditentukan dari berbagai faktor yang mempengaruhinya,
baik itu faktor internal maupun faktor eksternal.Hasil belajar terbentuk dari
dua kata yaitu ‘hasil’ dan ‘belajar’ yang masing-masing kata tersebut
mengandung arti. Hasil menunjukan pada suatu perolehan akibat dilakukannya
suatu aktivitas atau proses yang merubah fungsi awalnya. Dalam suatu
input-proses-hasil, hasil dapat jelas dibedakan dengan input akibat dari
perubahan oleh proses. Begitu pun pada kegiatan belajar mengajar, setelah
belajar siswa berubah perilakunya dibanding sebelumnya.
Adapun
makna belajar menurut Grounlund (1985: 25), adalah proses dalam diri individu
yang berinteraksi dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam
perilakunya. Perubahan itu diperoleh melalui usaha (bukan karena kematangan),
menetap dalam waktu yang relatif lama dan merupakan hasil pengalaman.Belajar
dilakukan untuk mengusahakan adanya perubahan perilaku pada individu yang
belajar.Perubahan perilaku itu merupakan perolehan yang menjadi hasil
belajar.Hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam
sikap dan tingkah lakunya (Winkel, 1999: 51). Aspek perubahan itu mengacu
kepada taksonomi tujuan pengajaran yang dikembangkan oleh Benjamin S. Bloom, E.
Simpson dan A. Harrow (Winkel,1999: 244) yang mencakup aspek kognitif, afektif,
dan psikomotorik.
B. Hipotesis Penelitian
Kegiatan menulis narasi mempunyai peranan penting
dalam pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah. Melalui menulis narasi siswa
tidak semata-mata dilatih menulis, tetapi secara utuh siswa juga belajar
keterampilan berbahasa Indonesia. Siswa dapat menulis narasi dengan baik
jika memiliki wawasan pengetahuan yang luas, kepekaan batin, dan daya imajinasi
yang tinggi. Wawasan itu dapat diperoleh melalui proses membaca, mendengarkan,
maupun melalui komunikasi lisan (berbicara). Pembelajaran keterampilan menulis
mempunyai tujuan praktis.Siswa dapat menerapkan materi dalam bentuk tulisan,
bukan sekadar teori yang mudah dilupakan. Keterampilan menulis sangat diperlukan
untuk mengembangkan keterampilan berbahasa secara kompleks yang berguna dalam
mengembangkan kecakapan hidup .Oleh karena itu, diharapkan setelah siswa lulus
SMA mempunyai keterampilan menulis yang memadai.
Berdasarkan uraian di atas hipotesis yang dapat dirumuskan adalah:
1)
Dengan pemanfaatan multi media
pembelajaran berbasis TIK dapat
bermanfaat untuk meningkatkan motivasi belajar siswa pada pelajaran bahasa Indonesia di SMA 1 BekasiTahun Pelajaran 2009/2010.
bermanfaat untuk meningkatkan motivasi belajar siswa pada pelajaran bahasa Indonesia di SMA 1 BekasiTahun Pelajaran 2009/2010.
2) Dengan
pemanfaatan multi media pembelajaran berbasis TIK dapat bermanfaat untuk
meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran bahasa Indonesia di SMA 1
Bekasi Tahun Pelajaran 2009/2010.
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian terhadap pengaruh pemanfaatan multi media
pembelajaran berbasis TIK terhadap hasil belajar siswa ini dilaksanakan di SMA
1 Bekasi ini dilaksanakan pada semester 1 tahun pelajaran 2009/2010 , tepatnya
pada bulan September 2009.
B. Metode Penelitian
Penelitian
ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan penelitian deskriptif. Peneliti
melakukan survey ke SMA 1 Bekasi yang menjadi objek penelitian lalu melakukan
analisis terhadap hasil belajar siswa yang diakibatkan oleh proses
pembelajaran. Analisis ini mencakup observasi faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi motivasi belajar siswa dan hasil belajar siswa.
C. Instrumen Penelitian
Pada
penelitian ini, instrumen yang akan digunakan dalam pengumpulan data adalah
penggunaan qoessioner atau angket. Angket ini berisi pertanyaan pertanyaan yang
harus dijawab oleh subjek penelitian yang telah ditetapkan sebagai sampel
penelitian. Angket ini diperlukan untuk memperoleh data berupa respon siswa
terhadap proses pembelajaran dengan pemanfaatan multi media pembelajaran
berbasisi TIK.
D. Teknik Analisis Data
Dalam
penelitian ini kegiatan analisis data dilakukan bersamaan dengan pengumpulan
data di lapangan. Dari data yang terkumpul kemudian dianalis dengan cara (1)
mereduksi data, (2) display data, (3) kesimpulan dan verivikasi.
BAB
IV HASIL PENELITIAN
A. Hasil Penelitian
Setelah
melakukan penelitian di SMA 1 Bekasi, peneliti mendapatkan hasil bahwa terlihat
sebagian dari siswa yang menjadi objek peneliti masih kurang dalam merespon
pembelajaran bahasa Indonesia dengan pemanfaatan multi media berbasis TIK
karena mereka berfikir bahwa teknologi sulit untuk dipahami apalagi
dipraktekkan.Sehingga siswa menganggap remeh pemanfaatan TIK dalam dunia
pembelajaran khususnya dalam pelajaran bahasa Indonesia namun karena hal itulah
siswa mendapat nilai yang kurang daripada nilai pada pelajaran lainnya.
Sedangkan pada sebagian siswa
lainnya menganggap bahwa teknologi cukup mudah untuk dipahami karena banyak hal
yang mereka sukai seperti cerpen atau video yang mudah mereka cari di Internet.Sehingga
tidak sulit untuk dikembangkan dalam pelajaran bahasa Indonesia.
B. Kesimpulan
Jadi
kesimpulan yang diperoleh adalah bahwa pembelajaranbahasa Indonesia menggunakan
multi media penting untuk dikembangkan dalam dunia pendidikan. Karena multi
media terdapat bebrapa manfaat seperti:
1. Memperbesar
benda yang sangat kecil dan tidak tampak oleh mata, seperti kuman, bakteri,
elektron, dan lain-lain.
2. Memperkecil
benda yang besar, yang tidak mungkin didatangkan ke sekolah.
3. Menyajikan
benda atau peristiwa yang kompleks, rumit, dan berlangsung cepat atau lambat.
4. Menyajikan
peristiwa yang tidak mungkin dilaksakan karena akan memakan biaya yang besar.
5. Menyajikan
benda atau peristiwa yang jauh.
6. Menyajikan
benda atau peristiwa yang berbahaya.
7. Meningkatkan
daya tarik dan perhatian siswa. Dan masih banyak lagi.
C. Saran
Saran
yang dapat peneliti berikan ialah bahwa peran seorang guru juga menjadi faktor
penting. Guru sebagai pengelola pembelajaran harus mengemas pembelajaran yang
efektif dan bermakna bagi siswa. Pembelajaran akan memiliki makna, jika
pembelajaran yang dikemas guru dapat dinikmati oleh siswa dan dapat memotivasi
siswa.
BAB
V DAFTAR PERPUSTAKAAN
Sumber:
http://Contoh Proposal Penelitian _ semakin Indonesia Blog.html
0 komentar:
Posting Komentar